Dunia dalam Karya René Guénon
Tab primer

Keabadian Otoritas Suci
Raja Dunia [1], filsuf Prancis dan pendiri Tradisionalisme, René Guénon, mengkaji arketipe Penguasa Universal, yang ia identifikasi dalam berbagai agama dan tradisi. Gambar ini dijelaskan:
• dalam Yudaisme, sebagai Melkisedek, Raja Salem;
• dalam agama Kristen, sebagai tiga orang Majus (raja bijaksana) yang datang untuk menyembah bayi Yesus;
• kemudian, pada Abad Pertengahan, sebagai “Prester John,” raja yang memerintah di tanah Timur yang tidak dapat diakses;
• dalam agama Hindu, sebagai Manu, dan juga avatar Siwa — yang berpuncak pada Avatar Kalki yang berkuasa;
• dalam agama Buddha dan Jainisme, sebagai Chakravartin (“Raja Pemutar Roda”);
• dalam Vajrayana dan dalam doktrin Kalachakra , sebagai penguasa tanah tak kasat mata Shambhala, dan seterusnya.
Arketipe Raja Dunia, menurut Guénon sendiri, terkait dengan apa yang ia sebut Tradisi Primordial — yaitu, pengetahuan suci yang berasal dari awal siklus kosmik kita (keadaan firdaus umat manusia) dan kemudian tersebar di antara berbagai agama dan budaya historis. Seiring umat manusia semakin menjauh dari zaman asal-usul — "Zaman Keemasan" — Tradisi Primordial ini perlahan-lahan kehilangan kesatuan dan kepenuhan aslinya. Namun, ia tidak sepenuhnya dihapus; melainkan, ia terus ada dalam dimensi paralel khusus yang masih menginspirasi, menyatukan, dan secara tak kasat mata membimbing budaya dan peradaban yang, meskipun secara lahiriah terpecah dan bahkan saling bertentangan, memiliki esensi tersembunyi yang sama.
Dalam pengertian ini, Raja Dunia mempersonifikasikan kesatuan integral dari Yang Suci ini — tersebar di antara umat manusia, namun terpelihara di tempat yang istimewa dan hampir tak terjangkau. Banyak legenda yang berhubungan dengan Raja Dunia menunjukkan kediamannya di wilayah-wilayah terpencil dan eksotis di bumi — tempat-tempat yang sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dijangkau. Ia tinggal di pulau terpencil, atau di alam bawah tanah, atau di Kutub Utara, atau di gunung suci, atau di "Kota Antah Berantah" ( nā-kojā-ābād , menurut ungkapan mistikus Islam Shihab al-Din Yahya Suhrawardi [2]), dan seterusnya.
Tempat ini, dalam makna ontologisnya, bersesuaian dengan sebuah titik matematis yang terletak di pusat sebuah lingkaran. Namun, sebuah titik tidak memiliki luas; dan meskipun demikian membentuk ruang yang sangat penting, ia sendiri luput dari persepsi langsung. Raja Dunia bersemayam di titik Pusat absolut, dan karena itu ia berada di mana-mana sekaligus tak bertuan.
Menurut Guénon, Raja Dunia bukan hanya milik masa lalu — milik zaman "Zaman Keemasan" ketika umat manusia bersatu dalam satu keyakinan (Tradisi Primordial itu sendiri). Ia juga sepenuhnya nyata di masa kini — di "Zaman Kegelapan", Kali Yuga — karena, sebagai inti dan pusat Tradisi Primordial, ia mewujudkan keabadian, yang tak tergoyahkan oleh waktu.
Keabadian adalah dasar fundamental dari yang sakral. Keabadian tidak hanya mencakup waktu, tetapi mendahului dan mengikutinya, dan tetap tidak berubah (dalam dirinya sendiri) sepanjang perkembangan waktu. Keabadian adalah cara keberadaan yang berbeda. Raja Dunia justru termasuk dalam cara keberadaan ini, dan karena itu otoritasnya tidak berubah dan absolut.
Tergantung pada tahap siklus kosmik tertentu, otoritas ini diakui secara terbuka (“Zaman Keemasan”) atau seolah-olah tidak dipercaya (“Zaman Kegelapan”). Namun penyayangan semacam itu hanya mempengaruhi aspek kesejahteraan yang sepenuhnya tunduk pada waktu dan bergantung pada kondisi temporal. Kekuasaan Raja Dunia selalu efektif — baik ketika diakui maupun ketika ditolak oleh mayoritas.
Kekuatan nyata Raja Dunia di zaman firdaus berubah menjadi kekuatan tersembunyi ketika umat manusia memasuki siklus degradasi dan degenerasi. Namun, Raja Dunia sendiri tetap tak berubah dan abadi — berdiri abadi, bagaikan poros, di pusat sejarah, kemanusiaan, dan geografi suci. Waktu berputar di sekitar poros ini, tanpa menyentuhnya.
Kutipan dari buku Being and Empire: Ontology and Eschatology of the Universal Kingdom oleh Alexander Dugin.
Diterjemahkan langsung oleg Qenan Rohullah
[1] René Guénon, Raja Dunia / Esai tentang Esoterisme Kristen . Moskow: Belovodye, 2008.
[2] Shihāboddin Yahyā Sohravardī; Corbin, H. L'Archange emourpré: Quinze traités dan récits mystiques. Paris: Fayard, 1976.
